INTERAKSI ANTARA PRIA DAN WANITA DALAM ISLAM
bismilah, kayanya sekarang gw postingin nini aje deh,, dapet dari temen sih ini juga, smoga jadi mafaat buat lo yang baca deh ,, amiin
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Segala puji hanya untuk Allah Rabbul ‘Alamin. Tiada Dzat yang patut
disembah, diibadahi, dipuji dan ditaati, Dialah Al-Khaliq yang telah
menurunkan Islam sebagai aturan yang adil, agung lagi mulia yang
merupakan rahmat dan nikmat bagi seluruh alam. Shalawat dan salam semoga
senantiasa dilimpahkan oleh Allah kepada penutup para nabi dan Rasul
Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam beserta keluarga, sahabat-sahabat,
dan para pengikutnya yang setia berjuang untuk menyebarkan risalah
Islam keseluruh penjuru dunia.
Manusia merupakan makhluk sosial,
yaitu makhluk yang tidak bisa hidup sendiri. Ia membutuhkan orang lain
dalam segala aktivitas kehidupanya. Kebutuhan tersebut salah satunya
diwujudkan melalui proses interaksi. Manusia yang diciptakan oleh Allah
swt dengan berpasangan, yaitu pria dan wanita tidak bisa luput dari
proses diantara mereka. Sebagaimana firman Allah swt:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(Al-Hujurat : 13).
Proses interaksi antara pria dan wanita disetiap
masyarakat atau negara memiliki aturan atau norma yang berbeda, tetapi
hakekatnya sama, yaitu mengatur baik tidaknya, batasan yang boleh
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Aturan atau norma tersebut
menjadi relatif sifatnya, tergantung kesepakatan dari masyarakat. Norma
disuatu daerah tertentu belum tentu disepakati dan diterima oleh
masyarakat di daerah yang lain. Sebagai contoh, masyarakat barat
menganggap bukanlah sesuatu yang tabu apabila sebelum melangkah ke
jenjang perkawinan antara pria dan wanita hidup bersama, dengan alasan
untuk saling menjajaki dan apabila cocok kemudian dilanjutkan dengan
ikatan pernikahan. Apabila tidak cocok maka mereka bisa putus hubungan
walaupun telah memiliki anak. Hal ini belum tentu diterima oleh
masyarakat timur yang masih memegang erat norma agama dan adat istiadat.
Sifat relatif norma dan aturan tersebut, memungkinkan
adanya reformasi untuk mencari dan membentuk norma dan aturan baru.
Pencarian dan pembentukan norma tersebut tergantung kepada pengetahuan,
pemikiran dan keyakinan masyarakat. Yang menjadi masalah sekarang adalah
pengetahuan manusia sangatlah terbatas, karena manusia diciptakan
dengan akal yang sangatlah terbatas. Keterbatasan tersebut menyebabkan
norma dan aturan yang dibuat tidak akan pernah sempurna dan tidak akan
pernah memuaskan baik akal maupun hati. Oleh karena itu manusia
memerluka suatu tata aturan atau norma yang telah sempurna. Sempurna
karena penggagas, penyusun dan yang menetapkannya memiliki kualitas
pengetahuan yang tidak mungkin diragukan lagi, sehingga kebenarannya
absolute/mutlak, kebenaran dari Yang Maha Sempurna. Yang memilki
kualitas tersebut hanyalah Allah swt. Dia yang Maha Sempurna, Maha
Mengetahui dan Maha Suci dari sifat-sifat ketidaksempurnaan.
Manusia diberi hak pilih oleh Allah swt untuk menentukan jalannya, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an :
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan” (Al Balad : 10).
Jalan mengikuti norma yang sempurna dan pasti benar atau tetap
mengikuti norma yang memiliki banyak cacat dan ketidakpastian. Firman
Allah swt :
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka
kehendaki, dan siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi
orang-orang yang yakin ?” (Al-Maidah : 50).
Tentu pertanyaan ini
sangat mudah dijawab bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada
Allah swt. Allah swt yang telah menciptakan, mengurus, memelihara kita
(manusia), tentu Dia-lah yang paling tahu tentang apa yang
diciptakan-Nya. Hanya manusia bodoh saja yang memilih hukum yang dibuat
oleh manusia, dan dia akan celaka, baik di dunia maupun kelak di
akhirat.
Norma-norma yang dibuat oleh Allah swt diantaranya adalah
norma yang mengatur interaksi antara pria dan wanita. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam berinteraksi antara pria dan wanita menurut
Islam :
1. Keseriusan acara pertemuan
“…ucapkanlah olehmu perkataan yang baik” (Al Ahzab : 32)
Topik pembicaraan dalam pertemuan harus baik, yaitu pembicaraan yang
berisi nasehat untuk melakukan yang ma’ruf dan menghindari kemungkaran.
Pembicaraan tidak mengandung dosa, permusuhan dan ma’siyat kepada Allah
swt dan Rasulullah saw. Oleh karena itu keseriusan merupakan kondisi
yang penting, karena acara yang dihiasi percakapan yang sia-sia dan
banyak canda dikhawatirkan akan membuka pintu kemungkaran yang mengarah
kepada perbuatan zina.
“Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan
yang buruk” (Al-Israa’ : 32).
Rasulullah saw bersabda : “Telah
tercatat pada anak adam bagiannya dari zina, yang pasti kena. Zina mata
melihat, zina telinga mendengar, lidah berbicara, tangan zinanya
menyentuh, dan kaki zinanya berjalan dan hati yang ingin, dan yang
membenarkan semua itu adalah kemaluan, benar terjadi atau tidaknya” (HR.
Bukhari dan Muslim).
2. Menahan pandangan
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang mereka perbuat" Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandangannya…(An-Nuur : 30-31).
Ibnu Daqiq al-‘Id
mengatakan bahwa lafazh min dari ayat tersebut menunjukkan tab’idh
(sebagian), artinya ayat tersebut tidak melarang menahan secara mutlak,
yang dilarang adalah apabila dikhawatirkan ada fitnah. Dalam hadits
Bukhari dan Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah saw membonceng Fadhl
bin ‘Abbas dibelakang untanya pada hari raya kurban. Fadhal adalah
seorang yang tampan. Kemdian Nabi berhenti dikerumunan orang banyak
untuk memberikan fatwa. Lalu datang seorang wanita dari kabilah Khats’am
yang cantik wajahnya. Fadhal melihat wanita itu dan kagum terhadap
kecantikannya. Lalu nabi menoleh kearah Fadhal, sedangkan Fadhal masih
melihat wanita itu. Lantas nabi mengulurkan tangannya untuk meraih dagu
Fadhal dan memalingkan wajahnya dari melihat wanita tersebut.
Setiap
orang yang beriman kepada Allah swt tidak akan pernah berani mengumbar
pandangannya karena ia beriman bahwa Allah swt Maha Mengetahui dan akan
meminta pertanggungjawaban setiap tindakan hambanya. Allah swt
berfirman :
“Dia mengetahui mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati” (Al Mu’min : 19).
Larangan memandang lawan jenis yang bukan mahram, tetap diharamkan
oleh sebagian ulama, berdasarkan hadits : “Saya bertanya kepada
Rasulullah saw dasri melihat sepintas, tiba-tiba nabi menjawab
“palingkanlah pandanganmu” (HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi).
Rasulullah saw bertanya kepada Ali : “Wahai Ali ! Janganlah engkau ikuti
pandangan dengan pandangan, sesungguhnyabagimu adalah yang pertama dan
yang kedua bukanlah milikmu” (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi).
Terlepas dari kedua pendapat tersebut, keimanan merupakan asas (dasar)
yang akan membuat seseorang memelihara dirinya dari pandangan yang
haram. Fadhilah dari menahan pandangan karena takut kepada Allah swt
akan berbuah kelezatan iman. “Tidaklah seorang muslim melihat kecantikan
seorang wanita kemudian memalingkan/menundukan pandanganya kecuali
Allah menilainya sebagai ibadah. Ia akan merasakan manisnya Iman”.
Ketika manusia berat dalam melaksanakan perintah Allah swt dan contoh
dari Rasulullah saw, maka sebenarnya tanpa ia sadari bahwa Allah telah
mencabut kemanisan iman, kemanisan dalam taat dan beribadah kepada
Allah swt.
Allah swt telah menjaga dan meninggikan derajat
kaum wanita dari pandangan kaum pria dengan perintah menggunakan
kerudung dan jilbab ke seluruh bagian tubuh mereka. Sebagaimana firman
Allah swt : “……dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali
yang nampak dari padanya……dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya……” (An-Nuur : 31)
“Hai Nabi,
katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang” (Al-Ahzab : 59).
“Ada dua
golongan penghuni neraka yang belum aku lihat….dan wanita-wanita yang
berpakaian tetapi telanjang berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti
punuk unta yang miring, mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan
mencium aromanya, padahal aroma surga dapat tercium dari perjalanan
sekian-sekian.” (HR. Muslim).
Syarat-syarat pakaian wanita :
Menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan
Tidak tipis (tidak transparan)
Tidak membentuk tubuh
Tidak menyerupai pakaian pria.
Betapa indah dan sempurnanya ajaran Islam, sampai masalah memandang dan
menggunakan pakaian pun sudah diatur dalam Islam. Subhanallah.
3. Tidak berkhalwat (berduaan)
Banyak para remaja jaman sekarang, yang berpacaran, dapat kita lihat di
berbagai tempat, di mall, di taman-taman, dimana saja kita dapat
melihat hal itu, dan hal itu sudah dianggap suatu hal yang lumrah dan
biasa saja. Sebagai muslim kita harus percaya bahwa pacaran tidak sesuai
dengan ajaran Islam. Rasulullah bersabda “Barang siapa beriman kepada
Allah swt dan hari akhir, maka janganlah berkhalwat dengan seorang
wanita tanpa muhrimnya, maka yang ketiganya adalah syaithan” (HR.
Ahmad). Bila kita tafakuri dengan keimanan, mungkin akan terbesit
pertanyaan dalam pikiran kita : “apakah hal tersebut diperbolehkan oleh
Allah swt dan dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad saw?” Ternyata tidak,
itu merupakan sunnah orang-orang barat (kaum kuffar), bukan ajaran
islam, jadi kenapa kita sebagai muslim harus ikut-ikutan melakukan hal
itu. Bagaimana kita bisa melakukan setiap tindakan tanpa didasari
Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai dasar hukum yang paling benar dan
sempurna yang telah diturunkan oleh Al Khaliq Allah swt kepada kita
(manusia).
Mengenai keadaan jaman sekarang
ini, Rasulullah pernah menjelaskan agar kita (umat muslim) berhati-hati
dalam bertindak dan berperilaku karena boleh jadi apa saja yang kita
lakukan jauh dari ajaran Islam (Al-Qur’an dan As-Sunnah) :
عَنْ
أَبِي سَعِيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ كاَنَ قَبْلَكُمْ
شِبْراً بِشِبْرٍ وذِرَاعاً بِذِرَاعٍ, حَتَّى لَوْ سَلَكُوْا جُحْرَ
ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوْهُ. قُلْنَا: يَارَسُوْلَ اللهِ, الْيَهُوْدَ
وَالنَّصَارَى ؟ قَالَ: فَمَنْ» ؟ . رواه البخاري
Dari Abu Sa’id
(al-Khudry) bahwasanya Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Sungguh kalian akan mengikuti sunnah (cara/metode) orang-orang sebelum
kamu, sejengkal-demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga andaikata
mereka menelusuri lubang masuk ‘Dlobb’ (binatang khusus padang sahara,
sejenis biawak), niscaya kalian akan menelusurinya pula”. Kami (para
shahabat) berkata: “Wahai Rasulullah! (mereka itu) orang-orang Yahudi
dan Nashrani?” Beliau bersabda: “Siapa lagi (kalau bukan mereka)”
(HR.Bukhari).
Hal ini diperkuat firman Allah swt dalam Al-Qur’an
:“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga
kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah
itulah petunjuk ". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka
setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi
pelindung dan penolong bagimu” (Al-Baqarah : 120).
Makna hadits diatas adalah bahwa Rasulullah telah
mensinyalir melalui nubu-at (tanda-tanda kenabian)-nya, bahwa kelak di
akhir zaman, ada diantara umatnya yang mengikuti gaya hidup orang-orang
sebelum mereka, yaitu orang-orang Yahudi dan Nashrani.. Beliau
menegaskan bahwa di dalam mengikuti dan meniru-niru gaya hidup mereka
tersebut, umatnya melakukannya secara bertahap dari mulai sejengkal,
sehasta dan seterusnya. Imam an-Nawawy menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan ungkapan “Syibr (sejengkal)” “ Dzirâ’ (sehasta)” “ Juhr adl-Dlobb
(lubang masuk/rumah Dlobb) “ adalah sebagai perumpamaan betapa mirip
dan hampir samanya apa yang kelak dilakukan oleh umat ini dengan apa
yang telah dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nashrani. Hal ini bukan
di dalam melakukan kekufuran tetapi di dalam perbuatan maksiat dan
pelanggaran-pelanggaran agama.
Imam an-Nawawy
–rahimahullah- menegaskan: “Ini merupakan mu’jizat yang nyata sekali
dari Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam dan apa yang beliau
beritakan telah benar-benar terjadi”. Hadits tersebut dimaksudkan untuk
mengingatkan umat ini akan perihal tersebut sehingga mereka
berhati-hati. Dalam hadits lain, banyak sekali larangan Rasulullah agar
kita jangan menyerupai suatu kaum, terutama sekali terhadap orang-orang
Yahudi dan Nashrani, diantaranya sabda beliau: “Barangsiapa yang
menyerupai suatu kaum, maka dia adalah bagian dari mereka”.
Wahai
hamba Allah swt, wahai saudaraku yang dimuliakan Allah swt, mari kita
tafakuri keadaan jaman sekarang ini, apakah semua yang telah kita
lakukan sampai detik ini, sudah sesuai dengan perintah Allah swt dan
contoh Rasulullah saw.Bukankah kita sekarang kita digiring agar kita
keluar dari Islam baik pemahaman ataupun amal. Yang digembor2kan dalam
televisi dan fakta dalam kehidupan sehari2, wanita yang melepaskan
jilbabnya notabene muslim, diperbolehkannya pacaran, bebas menentang
orang tua, dll. Bukankah perintah Allah bagi wanita adlalah menggunakan
jilbab.
"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,
atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami
mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara
laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau
wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan
janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS. 24 : 31)
Bukankah diperintahkan bahwa haram pacaran !!! look it!!
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al Isra : 32)
Perintah amanah terhadap orang tua !!!
"Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israel (yaitu):
Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu
bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta
ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan
tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling." (QS. Al
Baqarah : 83)
Coba fikirkan dan renungkan !!!!
Hidup
ini tak lama wahai saudaraku, bekal apa yang telah kita persiapkan
untuk kembali kepada Allah swt dalam mempertanggungjawabkan semua yang
diamanatkan kepada kita.
Wallahu ‘alam bish shawab
“Dan Tuhanmu adalah Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia (yang berhak disembah) Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang ”
(Q.S. Al Baqarah : 163)
“ Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan
dan suatu yang melalaikan…Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu “ (Q.S. Al Hadid : 20)
“ Mereka hanya
mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang
kehidupan akhirat adalah lalai “ (Q.S. Ar Rum : 7)
“ Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu)…” (Q.S. Faathir : 6)
“ Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk
menundukkan hatinya mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah
turun (kepada mereka)…” (Q.S. Al Hadid :16)
“Chayoo Berkontribusi Buwat Kebangkitan Islam !!!”
…Woy hidup teh sebentar, jangan disia-sia kan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar